BM.aceh. angkaranews. Kepala dusun Linge antara kampung Simpur- kecamatan mesidah, Samsul Bahri putra kelahiran desa toweren terletak di belahan bukit Aceh tengah, kali ini angkat bicara tentang dusun Linge antara yang di pimpinnya yang terkena waduk keureuto.
Menjelaskan pada angkaranews bahwa dirinya seakan di intimidasi oleh oknum pemerintah dan oknum aparat yang berkepentingan cawe cawe di waduk tersebut karna saya selaku kepala dusun di situ sangat merasa kecewa berhubung saya sendiri yang mempertahankan batas wilayah bener meriah antara kecamatan mesidah dan kecamatan paya Bakong Aceh Utara
Tampa ada bantuan dari pemerintah bener meriah Tampa ada sengketa kenapa sekarang ini saya kayak di musuhi pihak oknum tertentu seharusnya pemerintah memberi penghargaan kepada saya.
Dan ditempat lain seperti batas bener meriah dengan kabupaten Biruen itu turun tangan pemerintah dengan DPR K tapi hasilnya sampai Sekaran belum selesai dan batas kecamatan permata bener meriah dengan kecamatan Nisam belum selesai masih berpindah pindah padahal disitu tidak ada proyek apapun tetapi diwadok keureuto proyek sangat besar pembangunan nya tidak bermasalah dengan batas yang saya perjuangkan bersama rekan rekan dari Aceh Utara karna pada saat itu saya masih penduduk Aceh Utara tapi apa yang saya dapat balasan dari pemerintah bener meriah
Selanjutnya Samsul mengatakan, "Pada saat 2015 tidak ada sengketa batas maka semua pengarap tanah yang ada dikampung Simpur tersebut melapor melalui saya karena pengarapnya 80 persen warga Aceh Utara dan saya dibentuk sebagai koordinator sama warga penggarap dan saya mengusulkan ke reje Armas kampung Simpur di setujui untuk wilayah dusun Linge antara sekarang ini"
Menambahkan lagi dan berkata "saat itu juga saya beserta reje Armas dan camat mesidah menjumpai bapak bupati Ruslan A Gani memberitahu yang mana tanah garapan warga di genangan waduk tersebut sudah puluhan tahun menggarap di situ seperti Tengku Jafar, berhubung saat itu pak Ruslan ada masalah dan tidak menjabat bupati lagi maka beberapa bulan kemudian saya mewakili warga penggarap menjumpai bupati baru Rusli, namun di sayangkan bupati baru, Rusli tersebut tidak mengakui itu ada pemilik tanah garapan di desa Simpur yang terkena genangan waduk"
"Walaupun begitu saya tetap berjuang bersama kawan kawan yang lainya dan di bantu oleh wakil DPRK ,Tengku min dari partai PA menjumpai bupati baru Abuya Sarkawi, dan disaat itulah pada tahun 2019 baru diakui kepemilikan tanah dan Abuya Sarkawi menyurati BWSS 1 Aceh.
"Tetapi tidak berapa lama kemudian beberapa oknum masyarakat blang Pante kecamatan paya bakong, yang kebal hukum meng Klain mematok matok tanah kami dengan mengecat merah ditanah garapan kami dan yang sangat arogan itu kelompok saipullah di tahun 2021 saat pengukuran pihak BPN Aceh tengah dan kami duga ada persekongkolan karena saat pengukuran oleh BPN Aceh Tengah warga Blang Pante hanya dengan ber selfie ria maka pihak BPN tersebut mengatakan tanah garap milik warga Blang Pante". Tutup samsul
Angkaranews mencoba konfirmasi kepada kepala BPN Aceh Tengah terkait di duga ada persekongkolan di saat pengukuran tetapi kepala BPN Aceh Tengah tersebut beberapa bulan yang lalu telah mati di karenakan sakit.
Red
No comments
Post a Comment