Bogor.angkaranews. Sungguh beruntung orang-orang yang telah melaksanakan ibadah haji, selain karena telah menunaikan rukun Islam kelima, juga pahala bagi orang yang menyandang haji yang mabrur adalah syurga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
الْØَجُّ الْÙ…َبْرُورُ Ù„َÙŠْسَ Ù„َÙ‡ُ جَزَاءٌ Ø¥ِÙ„َّا الْجَÙ†َّØ©ُ
"Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga." (HR Ahmad)
Namun yang menjadi pertanyaan adalah siapa yang menjamin bahwa kita telah menyandang haji yang mabrur? karena kemabruran seorang yang telah dan sedang melaksanakan ibadah haji bukan hanya diukur dari saat melaksanakan ibadah di tanah suci saja, melainkan akan diukur dengan kualitas ibadah, amal dan perilaku kehidupannya sepanjang hayat hingga ajal menjemputnya kelak.
Oleh karenanya, jangan sombong telah melaksanakan ibadah haji, merasa paling hebat dan marah ketika tidak dipanggil pak haji atau bu haji, karena haji bukanlah gelar duniawi yang harus disombongkan atau dibanggakan, justeru gelar haji harus menjadi alat kontrol bagi diri untuk terus memperbaiki kualitas diri, kualitas kehambaan, kualitas keimanan dan ketakwaan serta kualitas ibadah kita baik ibadah mahdoh maupun ghairo mahdoh.
Kualitas ibadah ghairo mahdoh terkadang lebih sulit dibanding dengan ibadah mahdoh, karena masih banyak orang yang kualitas sholat, puasa, zakat dan hajinya bagus namun kepeduliannya pada orang lain rendah, pelit, sombong dan bahkan sering menyakiti orang lain.
Apalagi tingkat kemabruran haji kita juga bisa jadi bukan karena diri kita sendiri, melainkan karena amal ibadah yang dilakukan oleh orang lain dan berkat doa orang lain. Hal ini sebagaimana kisah yang dialami oleh Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak yang bermimpi dan mendengar percakapan dua malaikat.
"Berapa orang yang datang tahun ini untuk berhaji ?" tanya salah satu Malaikat kepada malaikat lainnya.
"Enam ratus ribu jama'ah" jawab Malaikat yang ditanya.
"Berapa banyak dari mereka yang diterima ibadah hajinya ?"
"Tidak satupun"
Percakapan itu membuat sang Abdullah Al Mubarak gemetar.
"Apa ?" ia menangis dalam mimpinya. "Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia ?" pikirnya.
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar percakapan kedua malaikat itu. "Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, akan tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh ibadah haji mereka diterima oleh Allah"
"Kenapa bisa begitu ?"
"Itu kehendak Allah"
"Siapa orang tersebut ?"
"Ali bin Al Muwaffaq, tukang sol sepatu di Kota Dimasyq (Damaskus)"
Ternyata tukang sol tersebut tidak berangkat haji namun ia mendapat pahal haji dan mendapat gelar mabrur bahkan bisa menjadi penyebab mabrurnya seluruh jamaah haji yang berangkat ke tanah suci pada saat itu. lalu amaliah apa yang dilakukan oleh tukang sol sepatu yang bernama Ali bin Al Muwaffaq tersebut? ternyata beliau gagal berangkat haji karena uang yang ia kumpulkan untuk biaya haji ia sedekahkan pada orang miskin yang sangat membutuhkan.
Dari kisah tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kepedulian kita pada orang lain, membantu orang lain, berjiwa sosial serta meringankan beban orang lain atau kesalehan sosial kita bisa menjadi penyebab kemabruran haji kita.
Maka bagi orang-orang yang telah dan kita yang sedang melaksanakan ibadah haji, hendaknya menekadkan diri untuk terus memperbaiki kualitas ibadah sosial kita, meningkatkan kepedulian kita pada sesama, lebih banyak membantu orang-orang yang membutuhkan, menurunkan ego kita, tidak sombong, tidak merasa bangga bahwa kita telah berhaji serta berbagai tindakan lain yang dapat menurunkan kualitas kemabruran haji kita.
Dengan kesadaran ini, semoga kita semua yang telah melaksanakan ibadah haji benar-benar menyandang haji yang mabrur, selain itu bagi orang-orang yang belum berangkat ke tanah suci, tidak perlu berkecil hati, kita harus terus berdoa agar terpilih dan terpanggil untuk melaksanakan ibadah haji, jikapun kita benar-benar tidak bisa berangkat ke tanah suci, maka tidak perlu bersedih hati, karena begitu banyak pilihan ibadah lain yang pahalanya setara dengan pahala haji mabrur dan bahkan ibadahnya bisa membuat semua orang yang sedang melaksanakan ibadah haji bisa mabrur semua, sebagaimana yang dilakukan oleh Ali bin Al Muaffaq.
Wallahu A'lam Bisshawab
Red
No comments
Post a Comment